Tips Karier: Cara Dapat Kerja Pertama untuk Fresh Graduate

working

Fresh graduate susah dapat kerja? Tunggu dulu. Tidak selamanya begitu. Asal semua disiapkan, sebenarnya tidak terlalu sulit, kok. Tapi coba kita lihat dulu fakta-faktanya berikut ini:

  • Fresh graduate belum punya pengalaman kerja di industri
  • Banyak lowongan mencantumkan persyaratan minimal 1 tahun pengalaman kerja

Lalu, apa yang harus dilakukan oleh si fresh graduate supaya dapat peluang yang sama dengan mereka yang sudah berpengalaman?

Saya akan mencoba memberi sudut pandang baru tentang bagaimana menyiapkan karier bahkan sejak awal masuk kuliah supaya nantinya jika sudah semester akhir kita tinggal apply lamaran kerja ke perusahaan yang diincar.

Dan banyak lagi tips terkait cara dapat kerja untuk fresh graduate yang mungkin bisa membantu. Penasaran? Mari kita mulai pembahasan.

Cara Dapat Kerja untuk Fresh Graduate
© Ifan Prasya

Eksplorasi Masalah di Sekitar Kamu

Buat saya, kita diberi kompensasi ya karena mampu memecahkan sebuah masalah melalui pekerjaan. Kita di-hire karena mampu jadi problem solver. Begitulah kira-kira benang merahnya.

Mungkin sedikit terdengar klise dan terlalu ngawang. Tapi percaya saya, hal ini sangat powerful.

Kenapa?

Karena, saat kita memposisikan diri kita sebagai pemecah masalah, maka kita dapat bekerja dengan lebih meaningful. Bukan sekadar cari uang saja. Dan bos juga akan melihat hal ini dengan positif.

Lalu, bagaimana caranya?

Mudah saja. Pertama-tama, kita harus cari tau dulu masalah-masalah di sekitar yang ingin kita pecahkan dan cari solusinya.

Sebagai contoh, kamu bisa melihat bagan Sustainable Development Goals (disingkat menjadi SDG) berikut ini:

sustainable development goals
© socisdg.com

Kira-kira, kamu ingin berkontribusi di bidang apa? Cari tau area mana yang bikin kamu tersentuh hatinya; penuh bara semangat untuk turut serta mengentaskan masalah tersebut dari dunia.

Terdengar muluk-muluk? Well, kembali lagi ke pribadi masing-masing. Kalau saya pribadi, hal ini cukup bisa mengantarkan saya untuk tau di bidang apa saya ingin berkontribusi.

Gabungkan Obsesi dan Profesi

Kalau langkah pertama tadi masing ngawang, sekarang kita coba buat gambaran yang lebih jelas dan tajam.

Saat melihat segudang masalah di sekitar, akan muncul perasaan kita untuk menjadi superhero yang mampu menuntaskan masalah tersebut. Betul?

Hal ini disebut juga dengan obsesi.

Pernah guru saya, Sabda PS (Zenius), menyampaikan bahwa lebih baik kamu cari obsesi dari masalah-masalah yang ada di sekitar, daripada cari passion dari hal-hal yang hanya kamu suka aja.

Kenapa?

Karena, saat kita punya obsesi untuk memecahkan masalah, apapun rintangan yang kita hadapi akan kita trabas aja. Apa pun profesi yang kita jalani, ya oke aja. Saat mengalami kesulitan, ya pasti dicari jalan keluarnya.

Sedangkan, kalau kita hanya mengandalkan passion dari hal-hal yang kita suka, saat kita menemui rintangan atau hal-hal yang susah, kecenderungan untuk menghindari hal tersebut jauh lebih besar. Karena kita hanya ingin senang-senangnya saja.

Meski tidak sepenuhnya benar begitu (karena kasus tiap orang bisa berbeda-beda), tapi setidaknya ada gambaran tentang pentingnya mengedepankan obsesi ketimbang passion.

Nah, tadi juga telah disinggung sedikit tentang profesi. Jadi, saat kita sudah punya obsesi, cari tau profesi apa saja yang bisa mewujudkan obsesi tersebut.

Dari sini kita mulai mencari hal-hal yang lebih realistis. Hubungannya dengan pekerjaan secara langsung. Perusahaan mana yang ingin kita lamar, kontribusi apa yang ingin kita berikan.

Sebagai contoh:
Saya punya obsesi di bidang pendidikan. Saya pengin bantu murid di Indonesia bisa punya akses untuk bisa belajar secara saintifik dan rasional. Lalu, profesi yang bisa saya tekuni untuk mewujudkan obsesi tersebut ialah digital marketer. Atau lebih spesifik lagi, content marketer.

Kenapa?

Karena ruang belajar kini tidak hanya di dalam kelas, tapi juga sudah melebar di dunia digital. Sedangkan, konten yang ada di digital juga tidak sepenuhnya berdasarkan riset. Karena itulah, saya terobsesi untuk membantu mendistribusikan konten edukatif yang bermanfaat dalam jangka panjang.

Yaps. Begitu banyak pilihan profesi. Terserah, mau sesuai jurusan atau tidak, mau bergengsi atau tidak; yang penting di profesi ini kamu bisa maksimal kerjanya.

Pelajari Kualifikasi di Lowongan Kerja

Setelah tau profesi apa yang ingin kamu tekuni, saatnya kita mencari lowongan dari situs pencarian kerja seperti LinkedIn, Jobstreet, Kalibrr, Glints, dan banyak lagi.

Pada intinya, kita mencari kualifikasi apa yang dibutuhkan untuk menjadi seorang yang fit di pekerjaan tersebut.

Setelah kita mendapat kualifikasi tersebut, lalu apa selanjutnya?

Ya dipelajari. Sampai benar-benar kita memenuhi kualifikasi yang disyaratkan. Barulah nanti kita aktif apply pekerjaan dengan kualifikasi yang sesuai.

Sebagai contoh, kualifikasi dari content writer adalah:

  • Mampu menganalisis minat audiens
  • Mampu melakukan riset konten
  • Mampu menulis di WordPress
  • Mengetahui teknik SEO dasar
  • Mampu melakukan editorial
  • Mampu menyunting gambar

Dari kualifikasi tersebut, akhirnya saya memutuskan untuk belajar dan praktik. Salah satu contoh project yang saya gunakan adalah studiliv.com.

Kumpulkan Karya/Portofolio Terbaik

Langkah berikutnya, buatlah karya atau portofolio yang sesuai dengan kualifikasi pekerjaan. Buat sebagus mungkin dari yang pernah ada.

Ada beberapa tips untuk membuat portofolio yang mampu bersaing:

  1. Buat studi kasus dari karya yang kamu bikin (alur pembuatan, permasalahan, dll)
  2. Lakukan revamp/rombak karya dari produk yang kamu suka menjadi lebih epik lagi
  3. Tunjukkan bagaimana kamu mengeksekusi pekerjaan dari awal sampai jadi
  4. Tunjukkan kegagalan kamu saat membuat karya dan pelajaran apa yang dipetik
  5. Buat alur portofolio sebagai sebuah cerita bersambung yang mirip dengan novel
  6. Cobalah membuat portofolio menggunakan bahasa Inggris karena itu dapat menjadi nilai lebih di mata perusahaan

Inti dari portofolio adalah menunjukkan bagaimana cara kamu menganalisis dan memetakan masalah, merumuskan solusi, dan mengeksekusi pekerjaan sampai masalah tersebut berhasil dituntaskan.

Sebisa mungkin untuk menyampaikannya secara jujur. Meski ada kegagalan, tidak apa-apa, cantumkan saja.

Pelajari tentang CV, Cover Letter, Interview

Langkah ini tidak kalah pentingnya. Setelah kamu sudah siap dengan portofolio yang matang, kini saatnya menyiapkan berkas CV, Cover Letter, serta tips interview kerja.

Namun sayangnya, saya belumlah cukup ilmu untuk menyampaikan bagaimana langkah yang benar untuk membuatnya.

Jadi, saya hanya akan merekomendasikan satu influencer sekaligus HRD dari perusahaan multinasional yang sering berbagi tips untuk fresh graduate seputar persiapan kerja, yakni Eza Hazami – HR Vlogger.

Kamu bisa search di YouTube nama beliau dan langsung tonton playlist siap kerja. Saya pun sering menonton sekaligus mempraktikkan isi dari video yang dibagikan. Dan hasilnya juga memuaskan.

Baiklah. Saya kira cukup sampai di sini. Selalu ingat bahwa yang terpenting dalam pekerjaan ialah kita dibayar karena kita mampu memecahkan masalah.

Sekian. Mudah-mudahan membantu.

In

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.