Fenomena gig economy adalah sebuah kondisi yang sudah cukup lama terjadi, tak terkecuali di Indonesia. Bahkan di Indonesia sendiri, gig economy tumbuh dengan cepat. Bukan tanpa alasan, dimana salah satu faktor pendorongnya adalah semakin banyaknya platform digital.
Kehadirannya cenderung mampu menarik minat pencari kerja untuk bergabung dengan berbagai layanan yang tersedia. Sekarang, banyak pekerja lebih memilih menjadi karyawan kontrak jangka pendek atau freelancer daripada bekerja puluhan tahun di satu perusahaan.
Apa Itu Gig Ekonomi?
Gig economy adalah konsep baru yang muncul seiring perkembangan ekonomi di era industri 4.0. Sederhananya, gig economy adalah pasar tenaga kerja bebas, di mana pekerja lepas atau berbasis proyek.
Misalnya saja seperti seorang freelancer, dimana mereka mendapatkan bayaran per proyek, mirip musisi yang dibayar tiap kali tampil. Meski tak memiliki pendapatan tetap, sekali proyek selesai, penghasilannya bisa melebihi gaji bulanan pekerja full-time.
Konsep ini cocok dengan karakter anak muda yang ingin memiliki beberapa sumber pendapatan sekaligus. Bagi sebagian orang, fenomena gig economy memberikan peluang baik, namun ada juga yang menganggapnya sebagai ancaman dan juga tantangan.
Berbagai Tantangan dalam Menghadapi Fenomena Gig Economy
Fenomena gig economy, nyatanya memberikan dampak negatif bagi pekerja, diantaranya sebagai berikut.
Tidak Memiliki Insentif
Sebagai freelancer, Anda tidak memiliki keterikatan dengan perusahaan. Artinya, Anda tidak akan mendapatkan keuntungan seperti asuransi kesehatan, tunjangan hari raya, atau bonus tahunan yang biasanya diberikan kepada pekerja tetap.
Pendapatan Tidak Konsisten
Gig economy memang memungkinkan Anda menghasilkan pendapatan tak terbatas. Namun, tidak ada jaminan bahwa penghasilan bulan depan akan sama seperti sebelumnya. Pendapatan bisa sangat bervariasi, tergantung jumlah perusahaan yang membutuhkan keahlian Anda. Oleh karena itu, teruslah mengembangkan keterampilan agar tetap kompetitif dalam dunia kerja.
Menanggung Pajak Sendiri
Jika Anda pekerja tetap, sebagian pajak akan ditanggung oleh perusahaan. Namun sebagai freelancer, Anda harus membayar pajak penghasilan sendiri, yang tentunya perlu diperhitungkan dalam manajemen keuangan Anda.
Persaingan Ketat
Popularitas gig economy menyebabkan jumlah pekerja meningkat, menciptakan persaingan ketat di bidang-bidang tertentu seperti digital marketing, desain grafis, hingga ojek online.
Hal ini menjadi tantangan dalam mendapatkan klien, menerima order, hingga menentukan tarif yang kompetitif. Risikonya, bisa saja menyebabkan terjadinya pengangguran, bahkan tarif yang semakin menurun.
Meski begitu, gig economy juga memberikan beberapa keuntungan bagi para pekerja. Pekerja gig economy bisa bekerja kapan saja dan di mana saja selama tugas diselesaikan sesuai deadline, berbeda dengan pekerja konvensional yang terikat jam kerja.
Selain itu, sebagai pekerja gig economy, Anda memiliki peluang untuk mendapatkan penghasilan lebih banyak. Misalnya, freelancer bisa mengambil pekerjaan sebanyak yang mampu ia selesaikan, membuka kesempatan untuk memperoleh pendapatan lebih tinggi.
Gig economy juga memberikan kebebasan bagi pekerja untuk mengeksplorasi berbagai keahlian. Hal tersebut memberi Anda posisi tawar lebih baik untuk mengembangkan kemampuan di berbagai bidang.
Perkembangan gig economy yang pesat di Indonesia memang membuka banyak peluang. Sehingga untuk sukses di bidang ini, penting bagi para pekerja untuk terus meningkatkan keterampilan dan kemampuannya agar tetap relevan dan kompetitif.
Selain itu mengingat tantangan bagi gig worker terus berkembang, Anda perlu mengenali potensi diri, membangun personal branding dan reputasi melalui kerja berkualitas dan komunikasi baik. Teruslah belajar agar tetap relevan di industri yang dinamis ini.
Referensi:
– https://arsjadrasjid.com/gig-economy/
– https://glints.com/id/lowongan/gig-economy-adalah/
– https://www.ruangmenyala.com/article/read/apa-itu-gig-economy-pengertian-jenis-aktor-dan-dampaknya
– https://www.prakerja.go.id/artikel/insight/kenali-fenomena-gig-economy-solusi-keluar-dari-useless-generation
Leave a Reply